melepaskan, lagi?


Akhir – akhir ini lgi gelisah banget, kaya ngerasa beberapa manusia itu emang semengecewakan ini, ya? Mereka yang mengecewakan atau kita yang terlalu terjebak dengan situasi bahwa semua orag itu baik? Lagi – lagi semuanya tentang merelakan. Kalau ada pilihan antara merelakan atau mempertahankan? Kayanya aku lebih memilih merelekan, karena dia punya pilihan, dan sayangnya pilihan dia bukan aku. Kenapa di kehidupan yang cuman satu kali ini bukan dia orangnya? Ya antara bukan jalannya, dan emang semesta hanya ingin mempertemukan tanpa menyatukan.

Gitu, ya? Iya.

Kalau ternyata seiring berjalannya waktu masih tentang dia, kira – kira semesta tetap tidak mengizinkan? Sepertinya tergantung, tergantung bagaimana kita menyikapi takdir semesta. Ujung – ujungnya kita akan ditemukan dengan kalimat sakral sih, “Jangan lagi berharap sama manusia.” Kalau ternyata bukan dia, terus tujuan kita di dunia ini apa dong? Banyak, untuk diri kamu sendiri, untuk mereka (keluarga, teman, kerabat, sahabat) dan yang pasti untuk berterima kasih ke Tuhan. Berterima kasih karena di dunia ini sudah dihadirkan semangkuk mie ayam, kopi gula aren, dimsum enak, kebab, cilok, semangkuk bakso, ice cappuccino, mie gacoan, view yang indah, kegiatan yang super duper seru. Dan tentunya banyaknya kesedihan yang membuat kita yakin bahwa “oh, ini maksud Tuhan?”

Kita itu emang ngga akan pernah bisa menebak kejutan apa yang akan semesta kasih di hari ini, besok, atau seminggu yang akan datang. Tapi, dibalik plottwist-nya kehidupan ini, setidaknya kita ngga lupa buat menyisahkan ruang ikhlas didalamnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudah Hilang

Penerimaan dan Kesembuhan

Tumbuh Menjadi Anak Broken Home