Tumbuh Menjadi Anak Broken Home
16 tahun bukan waktu yang sebentar, dimana di 16 tahun 2
sepasang kekasih suami istri memutuskan untuk mengsudahi hubungan mereka. 3
anak dari sepasang suami istri tersebut, ada 1 anak yang dimana saat itu dia
merasakan kehidupannya berbeda dari ke 2 kakaknya, ke 2 kakaknya sempat merasakan
full kasih sayang ke 2 orang tua tetapi tidak dengan 1 anak ini. Sempet diposisi
itu dia menyalahkan keadaan, dia menyalahkan orang-orang terdekatnya, kenapa
hal ini bisa terjadi dan kenapa harus dia yang saat itu merasa bahwa dialah
korban. Tidak menutup kemungkinan seiiring berjalannya waktu, seiring dia
beranjak remaja bahkan saat ini dia sudah memasuki usia 20 tahun yang dimana
hal itu sudah merupakan usia dewasa. Dia mulai sadar bahwa ternyata masih
banyak yang merasakan diposisi seperti itu bahkan lebih.
Ya, dia itu aku, aku yang menulis blog ini, saat itu mungkin
aku merasakan dunia sedikit tidak adil. Tetapi ternyata banyak hal yang hingga
saat ini merubah aku serta membuatku belajar dari 16 tahun lalu. Tumbuh menjadi
anak broken home itu emang ngga mudah. Ada sebagian anak yang menyalahgunakan moment
itu dengan menjadikan pribadi dia menjadi seolah negatif. Tetapi disatu sisi
kita juga tidak bisa menyalahkan karena pada dasarnya mental setiap anak juga
berbeda. Mungkin dari sini peran orang tua yang harus lebih aware lagi
dengan kondisi mental sang anak. Ada juga seorang anak yang mereka justru
menjadikan moment itu sebagai pelajaran atau sebagai motivasi dan acuan untuk
mereka kedepannya. Karena dari kejadian orang tua kita yang tidak bisa
bersama-sama lagi justru bisa kita buktikan dengan bagaimana kita membawa diri
kita ke hal yang lebih positif lagi. Iya, ngga mudah kok emang. Seperti yang
aku katakan tadi bahwa mental setiap anak ngga sama dan peran orang tua disini
emang ngga bisa menyalahkan si anak.
Dari sini bersyukurnya aku bisa merubah stigma orang-orang
bahwa tumbuh menjadi anak broken home sejatinya ngga selamanya buruk. Pandangan
orang mungkin anak broken home itu kurang kasih sayang orang tua, padahal
realitanya kebanyakan justru mereka orang tua yang sudah memutuskan tidak
bersama lagi, mereka masih terus berusaha untuk kebaikan anaknya.
Komentar
Posting Komentar