Belajar Tentang Hidup
Udah hampir sekitar satu bulan aku jadi seorang
mahasiswa. Dan selama itu pula banyak pelajaran yang bisa aku ambil, ya apalagi
yang memutuskan untuk merantau, suka duka itu pasti ada sih. Aku yang dulunya
dianggap anak kecil bahkan mungkin sampai sekarang. Tetapi setelah aku jauh
dari orang tua, aku jadi belajar apa itu kehidupan sebenarnya. Aku juga belajar
gimana caranya hidup minimalist, hidup secukupnya. Aku jadi banyak belajar
bagaimana menghargai yang sebenarnya, aku juga banyak belajar gimana caranya
buat tetap menjadi diri sendiri, karena buat disukain banyak orang kita ngga
perlu buat jadi orang lain, dan aku juga banyak belajar bagaimana bersyukur
yang sesungguhnya. Karena dibalik itu semua banyak orang yang menginginkan di
posisi kita saat ini, banyak di luaran sana yang menginginkan di bangku
perkuliahan yang mungkin mereka terkendala banyak hal. Banyak juga yang
berjuang mati-matian buat bisa kuliah dengan uang sendiri, mulai dari kerja,
mengejar beasiswa, dll. Dari sini aku jadi belajar buat ngga meremehkan kesempatan
yang sudah Tuhan kasih buat aku, walaupun dibalik itu semua ngga mudah buat aku
berada di posisi sekarang. Terdengarnya mungkin sedikit lebay, kaya baru
maba aja ngomongya udah kaya gitu. Tapi, ini hidup yang dimana setiap
perjalanannya emang sepantasnya harus dipelajari maknanya. Kehidupan kita yang
tau cuman kita, orang lain mereka cuman menjadi penonton yang cuman bisa
komentar itu salah atau benar menurut mereka. Dan kita ngga ada kewajiban buat
mengontrol pandangan mereka ke kita.
Dan dari sini aku juga semakin yakin bahwa jangan terlalu
berharap yang berlebihan ke manusia, ya mungkin kalian udah muak bacanya, tapi please
ini ampuh banget. Kaya semakin berharap justru semakin banyak kesakitan dan
kekecewaan yang kita dapat. Emang sih, berharap itu ngga papa banget, tapi ya
gimana ya, dari 1-10 itu kaya bisa dihitung gitu yang berharap dan sesuai dengan
harapannya. Kalo kata buku Filosofi Teras sih gini “Ironisnya negative
thinking juga perlu, dan kadang positive thinking juga ngga selamanya membawa
hasil yang positive.” Jadi kaya kita itu sebelum
melakukan sesuatu atau mau menghadapi sesuatu itu ngga ada salahnya buat
berpikir negatif dulu. Kalau ditanya “kok bisa?” ya kembali lagi, bahwasannya
kita jangan terlalu ber ekspektasi berlebihan. Alhamdulillahnya, saat
ini Allah kasih aku rezeki dengan di datangkan orang-orang positif, yang
mungkin aku bisa belajar banyak hal dari mereka, yang tadinya aku ngga tau jadi
tau, dan sebaliknya. Ya, walaupun aku ngga berharap juga mereka akan tetep stay
sama aku, tetapi jika suatu saat mereka tiba-tiba pergi, aku tetap akan
berterimakasih, karena mereka sudah pernah singgah di perjalananku ditempat
rantau ini. Lagi-lagi kedengarannya mungkin agak lebay, tapi perlu
diyakini bahwa people come and go itu emang nyata ya, jadi kita ngga
bisa terus-terusan menahan orang-orang disekitar kita buat tetap terus sama
kita, karena lagi-lagi mereka punya dunia mereka sendiri. Mungkin jika mereka
pergi dari kita, masanya mereka dengan kita udah habis dan udah cukup, dan itu
cukup dikenang dan dijadikan pelajaran bukan buat disesalin.
Jadi sebenarnya, di dunia
ini itu ngga ada yang perlu disesalin gitu. Aku pernah ada satu moment,
dimana disitu aku lagi kumpul dan cerita-cerita random di satu forum,
dan di situ ada salah satu teman aku yang beliau bertanya “emang kamu mau cari
apa di dunia ini?” Dari situ aku jadi punya space buat ngobrol sama diri
aku sendiri dan menjawab pertanyaan tersebut dengan diri aku. Lalu kesimpulannya
apa yang dicari? Ketenangan? Ketentraman? Kebahagiaan? Kayanya kalo hidup yang
dicari cuman enaknya aja, kita ngga ada waktu buat belajar makna kehidupan
sesungguhnya deh. Dari sini aku menyimpulkan bahwa, ngga ada kehidupan yang
bener-bener abadi, ngga ada kesedihan yang abadi, ngga ada ketentraman yang
abadi, ngga ada kebahagiaan yang abadi. Tetapi kembali lagi, itu semua kembali
ke kita, gimana kita memaknai kehidupan yang sesungguhnya. Mungkin dari sini, secara ngga langsung kita
jadi belajar bagaimana proses pendewasaan dalam diri.
Komentar
Posting Komentar