Postingan

makin tahun, makin-makin

       2026 sebentar lagi, aku yang terlalu banyak gebrakannya atau gimana, tapi emang makin taun rasanya kaya cepet banget. Kadang ngerasa hidup yang gini-gini aja dan gini-gini banget. Tapi, at the same times selalu percaya diri dengan pencapaian di tahun ini. Ya walaupun terkadang ada beberapa hal yang emang ngga sesuai dengan planning tapi ternyata kaya ”ini loh yang dimaksud Tuhan selama ini.”      Orang kayanya menilai aku ya aku bisa dan aku berani. Ngga sok PD kok, tapi emang realitanya banyak yang salah kaprah tentang persepsi orang ke aku. Terus gimana? Aku bangga ngga dengan persepi mereka ke aku? Kalau kejujuran itu emang yang utama, jujur ngga. Karena pada dasarnya aku selalu takut dengan ekspektasi, dan aku akan selalu takut dengan ekspektasi mereka ke aku.      Aku yakin dan akan selalu yakin bahwa hidup itu akan berada diatas dan ada kalanya akan dibawah juga. Dan aku selalu takut dengan tanggapan mereka ketika nan...

Batasan perlu?

       Makin kesini, memiliki batasan itu penting menurutku. Bukan, bukan kita sombong atau yang lainnya, tapi ngga semua orang berhak masuk ke dunia kita sejauh itu. Even, itu keluarga sendiri. Please , normalisasikan bahwa orang yang ngga mau cerita ke kita bukan berarti dia ngga percaya sama kita. Tapi, terkadang ada fase dimana mereka hanya ingin keep masalah apa yang sedang mereka rasakan, dan cukup dia aja yang tau. Emang salah ya? Maksudnya gini loh, yang tau diri kita ya diri kita sendiri. Stop jadi orang yang ngga enakan, cuman karena kita takut kehilangan orang-orang yang ada di sekitar kita.      Maksud dari kita menjaga batasan ini, bukan dengan kita ogah-ogahan akan sesuatu hal. Tapi, dengan kita tau porsi diri kita sendiri seperti apa. Contoh, kamu bukan orang yang 24/7 suka kumpul atau nongkrong, kalau 1-2 hari oke lah, diri kita masih bisa nerima. Tapi kalau diluar dari itu kamu ngerasa udah cukup, yaudah stop, ngga perlu memaksa unt...

kalau bisa kembali

  Kalau bicara soal mimpi, mungkin aku adalah salah satu orang dengan berjuta mimpi dan juga berjuta penyesalan itu. Mimpi aku untuk bisa menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi itu adalah hal yang sangat kusykurin sejauh ini. Tapi tau ngga? Dibalik itu semua, ada beberapa penyesalan yang andaikan aku bisa mengulang kayanya aku ngga dulu deh jadi anak Ilmu Komunikasi, hehe. Ngga kok, sebenarnya bukan masalah ngga enaknya di Ilmu Komunikasi, tapi keputusan yang sudah kuambil. Kaya, ngga tau ya, banyak banget ternyata pertimbangan yang kalau aja waktu itu aku dikasih banyak waktu untuk mengambil keputusan, mungkin aku akan memikirkan semuanya kembali. Mungkin aku akan tetap memilih Ilmu Komunikasi, cuman kayanya ngga ditempat yang sekarang, atau mungkin aku akan memilih tempat yang berbeda tapi dengan jurusan yang beda juga, dengan alasan agar aku bisa tetap cari uang dan tidak meninggalkan pekerjaanku yang dulu, waw haha. Duh ngomong apa sih. Tapi kembali lagi ya, apapun keputusan ya...

aku dengan tuhanku.

Bagaimana kita dengan diri kita, bagaimana kita dengan manusia, bagaimana kita dengan semua yang sudah semesta berikan. Hanya kita dan Tuhan yang tau. Manusia akan selalu salah, sebaik apapun menjadi manusia akan selalu salah dimata mereka yang membenci. Akhir-akhir ini aku lagi-lagi dipenuhi pertanyaan perihal apa yang sudah Tuhan kasih. Ya, aku tau dan akan selalu ingat bahwa semua layak untuk disyukurin terlepas dari sekecewa apapun kita dengan keadaan, diri sendiri, bahkan orang sekitar. Mencari kenikmatan dan memenuhi ekspektasi mereka di dunia ini tidak akan ada puncaknya dan akan selalu ada pertanyaan dan kekhawatiran dengan kekurangan yang terjadi. Dunia dan seluruh yang ada didalamnya adalah fana. Kadang aku selalu berpikir hidup hanya sekali dan kenapa semesta tidak memberikanku dewa keberuntungan perihal apa yang aku inginkan? Ya, diluar dari kata Tuhan tau apa yang terbaik bagi kita. Tapi bisa ngga ya setelah beribu penolakan yang ada tidak ada kata kecewa didalamnya? B...

ngga harus tentang kamu.

       Beberapa hari ini lagi ngerasa ngga adil, lagi ngerasa semua orang cuman akan bikin kecewa, lagi ngerasa harus selalu menjadi orang yang ngalah dalam segala hal. Dan lagi-lagi harus menjadi yang paling siap untuk dikorbankan. Ngga tau ya, kenapa bisa se terbawa perasaan seperti ini dalam menghadapi sebuah masalah. Iya tau kok, semua orang juga tempatnya kecewa, iya tau kok emang ngga boleh kan berharap sama manusia? Tapi, berharap untuk diperlakukan dengan baik ngga papa kan? Maksudnya, aku layak kan untuk semuanya?      Kadang yang bikin kita kecewa adalah harapan kita sendiri, sampai sekarang, pun berusaha untuk tetap pada prinsip bahwa yang baik bagimu akan datang dan kembali dengan sendirinya , begitupun sebaliknya. Sesusah itu emang untuk bersikap realistis di dunia ini. Karena ya, setiap dari kita berhak untuk kecewa, sedih, bahkan bahagia.

lagi-lagi di fase ini.

     Lagi dan lagi selalu berada di fase seperti ini. Fase yang dimana aku ngga mau hal ini terjadi. Selalu berada di fase “kayanya ini yang salah aku deh, kayanya cuman aku deh yang terlalu baper.” Realitanya di setiap kehidupan, kita itu hanya butuh untuk di dengar. Sikap atau sifat manusia ke kita emang bukan hak kita untuk mengontrol semuanya. Mereka bisa berubah, kita bisa berubah, dan masanya pun akan berubah. Bahkan hingga saat ini pun dengan kata people come and go masih belum siap untuk menerima. Masih ada harapan bahwa kita akan bisa untuk sama-sama lagi.      Kadang gini ya, kita merasa tersakiti tapi sebenarnya kita lupa bahwa terkadang kita juga penyebab dan luka bagi orang lain. Pointnya adalah, saling intropeksi merupakan kunci dari semua hubungan. Jika baik maka Tuhan akan pertemukannya kembali, jika buruk Tuhan akan menjadikan kita pribadi yang lebih baik, dan tentu akan digantikan dengan yang lebih baik. So? Mari sama-sama memperbaiki ...

gen z dengan ketakutannya

Hai, seperti biasa setiap ali aku menulis blog pasti akan selalu terdapat keresahan didalamnya. Saat ini aku sudah menginjak menjadi seorang mahasiswi semester 4. You know what , teman-teman aku yang seharusnya aku seangkatan sama mereka, satu persatu dari mereka kebanyakan udah pada sempro, sidang, bahkan udah kesana kemari ngerjain bisnisnya, dan masih banyak lagi. Ya, i know timing orang itu emang beda-beda. Manusia ya normal lah ya yang selalu mempertanyakan ”bisa ngga ya seperti itu nantinya?” At the same times aku selalu ngerasa aku terlalu jahat ke diriku sendiri, selalu memaksa ini itu. Ya mungkin, ada beberapa hal yang menjadikan faktor utama kenapa aku selalu menjadikan kata capek ke diriku sendiri itu hanya sebuah alasan semata. Sometimes, i feel not expectation to much abaout life, but i feel they expectation to me, like my parents, family, everything. This time, i feel preassure abaout that. So, again aku selalu berfikir bahwa lagi-lagi yang merasakan hal seperti i...